Kamis, 02 Oktober 2014

Mengenai Latar Belakang Albertus Soegijapranata







Gambar Asli Soegija
Pernahkah anda Menonton film Soegija? Jika pernah pasti anda merasa kecewa karena film itu hanya menampilkan tokoh Soegija dalam bagian porsi film dan tidak ada unsur katolik yang banyak dalam film tersebut. Jika anda belum pernah menonton film tersebut maka anda pasti mendengarkan nama dia atau tidak. Baik untuk kedua jawaban tersebut, Kita siap untuk memberitahu lebih dalam mengenai siapakah tokoh Soegija. Yang pasti bagi orang terdidik atau orang Katolik sudah tahu bahwa Soegija adalah uskup agung pribumi pertama di Indonesia. Tetapi, apakah kalian tahu perjalanan hidup Soegija sebelum menjadi Palahwan Nasional? Dalam blog ini kita akan memberitau jawaban tersebut. Tetapi sebelum mempelajari latar belakang Soegija,kalian harus tahu pepatah terkenal Soegija yaitu "100% Katolik, 100% Indonesia" (Ironisnya, pepatah yang paling terkenal dari hidup Soegija tidak dimasukkan ke dalam filmnya) dan nama lengkap dari Soegija adalah Albertus Soegijapranata.


Soegija dilahirkan pada tanggal 25 November 1896 di Surakarta,Hindia-Belanda (Nama Indonesia pada zaman penjajahan Belanda) dengan ayah Karijosoedarmo,seorang abdi dalem (orang yang mengabdikan dirinya kepada keraton dan raja dengan segala aturan yang ada) di susuhunan Surakarta dan ibu Soepiah. Keluarga tersebut merupakan keluarga Muslim abangan, dan kakek Soegija, Soepa, seorang kyai. Soegija anak yang berani, suka berkelahi, pintar bermain sepak bola, dan dikenal karena kecerdasannya sejak kecil. Inilah alur waktu pendidikan Soegija:
  • Pendidikan Pertama: Sekolah Angka Loro, disana ia belajar membaca dan menulis.
  • Pendikan Tahun Kedua: Suatu sekolah di Wirogunan, Yogyakarta dekat Pakualaman.
  • Pendidikan Tahun Ketiga: Sebuah Hollands Inlands School di Lempuyangan.

Pada saat menempuh pendidikan di Hollands Inlands School di Lempuyangan.Dan karena diakui
Gambar Albretus Magnus
sebagai anak yang cerdas pada tahun 1909, Soegija diminta oleh Pr. Frans Van Lith untuk bergabung dengan Kolese Xaverius, suatu sekolah Yesuit di Muntilan. Disana ia mulai tertarik pada Agama Katolik. Meskipun orang  tuanya tidak menginzinkan dia untuk mengikuti pelajaran agama Katolik. Tetapi dia tetap diizinkan gurunya yaitu Peter Martens dan pihak sekolah untuk mengikuti pelajaran agama katolik. Dia menjadi tertarik dari konsep Allah Tritunggal. Karena dia tertarik untuk menjadi katolik,ia meminta gurunya untuk membaptis dia. Soegija memberi contoh Kristus dan Para Dokter bahwa dia tidak perlu meminta restu orang tua untuk dibaptis. Para Romo menyestujui pembatisan itu dan Soegija dibaptis pada tanggal 24 Desember 1910. Soegija mengambil nama baptis Albertus berdasarkan nama Albertus Magnus. Pada liburan natal,ia menceritakan kejadian ini kepada orang tuanya. Meskipun orang tuanya menerima keputusan itu, keluarga besarnya menolak dia dan tidak mengakui dia sebagai anggota keluarga.



Soegija menyelesaikan pendidikan dari Xaverius pada tahun 1915 dan menjadi seorang guru selama satu tahun. Soegija menghabiskan dua tahun untuk belajar di Seminari Xaverius sebelum berangkat
Gambar Mariëndaal, di Grave,Belanda
ke Uden,Belanda pada tahun 1919 setelah selesai mempelajari bahasa Prancis,Latin,Yunnani dan sastra. Ia menjalani masa pendidikan calon biarawan serikat Yesus selama dua tahun di Grave dimana ia diisolasikan dari dunia luar dan menghabiskan waktu untuk meditasi.Ia menyelsaikan masa pendidikan tersebut pada tanggal 22 September 1922. Ia juga menyelesaikan Juniorate disana pada tahun 1923. Setelah tiga tahun belajar, filsafat di kolese Berchmann di Oudenbosch, ia dikirim kembali ke Kolose Xaverius,Muntilan sebagai guru agama, bahasa jawa dan aljabar, ia bekerja di sana selama dua tahun. Pada Agustus 1928 Soegija kembali ke Belanda dan belajar teologi di Maastricht. Pada 3 Desember 1929 ia dan empat Yesuit keturunan Asia lain mengikuti Pater Jenderal Wlodzimierz Ledóchowski dalam sebuah pertemuan dengan Paus Pius XI di Vatikan.dijadikan seorang diaken pada Mei 1931; ia lalu ditahbiskan oleh Uskup Roermond Laurentius Schrijnen pada 15 Agustus 1931, saat masih menjadi siswa teologi.


Pada tahun 1933 kembali di kirim ke Hindia-Belanda untuk menjadi pastor, ia pertama kali ditempatkan di Paroki Kidul Loji di Yogjakarta. Soegijapranata memulai keimanannya
Gereja Ganjuran dimana Soegja juga berugas
selain di Kidung Loji
sebagai vikaris paroki untuk Pr. Van Driessche. Kekaisaran Jepang menduduki Hindia-Belanda pada tahun 1945 dan selama periode pendudukan itu banyak gereja banyak diambil alih dan banyak pastor yang di ambil dan di bunuh. Setelah Presiden Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Soegijapranata membantu menyelesaikan pertempuran lima hari dan menuntut agar pemerintahan pusat mengirim seseorang dari pemerintah untuk menghadapi kerusuhan di Semarang.

 



Demikian informasi dan pengetahuan mengenai latar belakang Soegija yang telah kita sampaikan. Kami memohon maaf jika ada kejanggalan dalam blog ini, saran dan kritik dapat anda sampaikan dengan post komentar dibawah atau kirim ke gerrytulong@gmail.com , nirasulima@gmail.com  atau roeslialda@gmail.com. Tetapi sebelum anda meninggalkan blog,kita sediakan link YouTube trailer film Soegija (jika anda tertarik untuk menontonnya). Terima Kasih dan TUHAN memberkati kalian.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar